1400 Karyawan Kiani Nasibnya Nggak Jelas
Ada kabar menarik yang dimuat laman online Jawa Pos mengenai
nasib karyawan Kiani Kertas milik Prabowo Subianto dan adik kandungnya, Hashim
Djojohadikusumo. Terbaru, dikabarkan bakal ada gelar perkara pada Maret ini.
Namun urung dilakukan. Sudah menjadi rahasia umum jika nasib karyawan PT Kertas
Nusantara (dulu Kiani Kertas) masih terkatung-katung karena bisnis yang tidak
berjalan baik.
Kiani belum menyelesaikan permasalahan dengan karyawan yang
sejak 2014 telah merumahkan 1.400 karyawan. Akibatnya, hampir setiap tahun
selalu ada aksi dari karyawan untuk menuntut haknya. Tunggakan gaji karyawan
selama 5 tahun itu menelan dana yang cukup besar. Yakni, Rp 540 miliar. Nasib
karyawan juga tidak jelas sebab mereka dirumahkan tanpa ada kesepakatan
kontrak. Besaran gaji karyawan yang digantung 2-4 juta per bulan per karyawan.
’’Dahulu, ada 1.500 karyawan yang dikontrak. Dari jumlah
itu, 1.400 karyawan menjadi tetap. Sampai sekarang, statusnya karyawan,"
jelas dia.
Tidak ada upaya serius dari perusahaan untuk membayarkan
tunggakan gaji kepada karyawannya. Padahal, berbagai upaya dilakukan para
karyawan maupun serikat terkait guna meminta kejelasan masalah tersebut.
Ironisnya, ada sebagian kecil yang masih dipekerjakan untuk
menjaga aset perusahaan. Mereka yang bekerja diberikan iming-iming penghasilan
wajar kendati perusahaan tengah menjadi pesakitan dengan gaji 2,5 juta per
bulan
.
Harapan itu sempat muncul setelah Koordinator Dinas Tenaga
Kerja Kaltim Pengawas Wilayah Utara Sab’an mengatakan bahwa segera ada gelar
perkara pada Maret ini. Pemda setempat ingin mendapatkan aspirasi. Namun, itu
semua batal dilakukan dan memilih usai pilpres. Gelar perkara ini kabarnya baru
akan dilakukan Mei, setelah Pilpres.
Prabowo itu sedang kampanye Pilpres. Dia maju sebagai Capres
dan sering sekali mengangkat isu soal kesejahteraan, upah buruh yang menurutnya
masih rendah, membicarakan banyak orang miskin, ekonomi susah, dan lain
sebagainya. Ironisnya, 1400 orang menjadi tidak sejahtera tapi Prabowo
berkoar-koar bisa menyejahterakan 270 juta penduduk Indonesia. Anda percaya dia
akan bisa?
540 miliar itu sebenarnya bukan uang yang besar bagi Prabowo
dan Hashim. Cuma semua itu balik lagi ke pertanyaan : apa prioritas mereka?
adakah niat baik bagi mereka untuk menunaikan kewajiban pada para karyawan itu?
Kalau Prabowo dan Hashim benar-benar punya prioritas dan
sadar untuk segera menunaikan hak para karyawan itu, mereka bisa melakukan apa
saja termasuk penjualan aset perusahaan maupun pribadi. Nggak banyak kok 540
miliar buat dua orang itu. Harta Prabowo dan Hashim itu triliunan rupiah.
Sementara uang 2-4 juta rupiah perbulan dikali sekian bulan ter tunggak bagi
para karyawan itu bisa jadi nilainya sangat besar dan berpengaruh bagi
kehidupan mereka.
Apalagi soal status karyawan yang nggak jelas. Kemungkinan
mereka ini menghindari pembayaran pesangon sesuai UU Ketenagakerjaan yang
berlaku. Padahal dengan posisi dikatung-katung begini juga kasihan karyawan
menentukan nasibnya. Mau keluar dan cari pekerjaan baru tentu mereka juga ingin
haknya sebagai karyawan di Kiani dipenuhi. Gaji yang tertunda dan pesangon (kalau
memang mereka diberhentikan) harusnya dibayarkan.
Dari kejadian Kiani Kertas ini saja mestinya kita semua bisa
berpikir, ngurus 1400 orang saja nggak becus, bagaimana orang itu bisa
dipercaya untuk mengurus 270 juta penduduk Indonesia? Bagaimana orang ini bisa
dipercaya untuk mengawal dana-dana yang tujuannya untuk menyejahterakan masyarakat
dan membangun Indonesia seperti Dana Desa, Program Indonesia Pintar, Program
Keluarga Harapan, dan lain sebagainya? Saya sih ragu, sebab cara berpikirnya
masih soal mencari keuntungan sendiri bukan berpikir untuk kemaslahatan dan
kepentingan banyak orang.
Dari kasus Kiani ini kita belajar, jangan mau dijanjikan
kesejahteraan oleh calon yang gagal menyejahterakan karyawannya sendiri...
Sumber : https://www.jawapos.com/ekonomi/bisnis/07/03/2019/nasib-1400-karyawan-kertas-nusantara-dijanjikan-dibahas-usai-pilpres
Posting Komentar untuk "1400 Karyawan Kiani Nasibnya Nggak Jelas"