Kemanakah Arah ORMAS Islam Di Indonesia
Cukup mengejutkan, kenyataan bahwa Prabowo pernah hadir
dalam acara rakernas LDII, di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Lubang Buaya,
Jakarta Timur, Kamis (11/10/2018), bahkan dalam acara tersebut capres nomor 02
itu mendapat pemberitaan luas, namun rupanya tidak mampu meraup dukungan dari
anggota LDII sendiri, minimal menurut survei Konsepindo.
Diklaim sebagai mendapat dukungan dari Ijtimak Ulama,
rupanya pasangan ini tak juga direspon oleh mayoritas umat Islam, yang secara
logika merupakan massa yang menjadikan para Ulama sebagai panutannya.
Apa makna dari dukungan itu jika suara yang digadang-gadang
bakal secara massif diperolehnya, justru mayoritas Ormas Islam sendiri
mendukung lawan capres rekomendasi Ulama.Kenyataan dan fakta memang menyakitkan jika dukungan dan
rekomendasi itu sebatas retorika namun tidak membumi. Beda kasusnya jika
dukungan itu tercermin dari silent
majority. Namun untuk melihat fenomena yang terakhir, terpaksa
Prabowo-Sandi menunggu hasil penghitungan suara.
Kemungkinannya bisa menguntungkan, atau sebaliknya. Sejauh
ini lembaga survei jarang meleset, jadi hasil survei kali ini pun harusnya
diterima oleh kubu Ijtimak Ulama. Meskipun sangat sulit mereka melihat setiap
hasil survei yang justru menunjukkan ketertinggalan mereka.
Lembaga survei
Konsep Indonesia (Konsepindo) menyatakan mayoritas ormas Islam mendukung Joko
Widodo-Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019. Dari hasil survei, sebanyak 52,2 persen
kalangan Nadhlatul Ulama memilih Jokowi-Ma'ruf. Sementara 38,8 persen sisanya
memilih paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno.Direktur Konsepindo
Veri Muhlis Arifuzzaman mengatakan, perolehan suara itu diambil 40,2 persen
dari total 1.200 responden yang disurvei. Jumlah 40,2 persen itu merupakan
hasil responden yang merasa menjadi bagian anggota atau sekadar simpatisan NU.
’Hasilnya mayoritas
NU memilih Jokowi-Ma'ruf. Namun perolehan angka untuk Prabowo-Sandi juga cukup
tinggi," ujar Veri saat memaparkan hasil survei di Jakarta, Rabu (13/3).
Sementara 46,2
persen kalangan Muhammadiyah juga memilih Jokowi-Ma'ruf. Sedangkan sisanya 31,3
persen memilih Prabowo-Sandi. Hasil itu diperoleh 6,4 persen dari total
responden yang merasa menjadi bagian anggota atau sekadar simpatisan
Muhammadiyah.
Sebanyak 66,7
persen kalangan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) juga memilih paslon nomor
urut 01. Sementara 33,3 persen sisanya memilih Prabowo-Sandi. "Suara
mayoritas untuk Prabowo-Sandi berasal dari ormas Persis, FPI, dan
Alkhairaat," katanya.Dari hasil survei
menunjukkan 83,3 persen kalangan FPI memilih paslon nomor urut 02. Sementara tidak
ada yang memilih Jokowi-Ma'ruf dan 16,7 persen tidak memilih. Hasil itu
diperoleh dari 0,6 total responden yang merasa bagian anggota atau sekadar
simpatisan FPI.
Untuk Persis,
lanjut Veri, dari 0,3 persen responden sebanyak 66,7 persen memilih Prabowo-Sandi
dan 33,3 persen memilih Jokowi-Ma'ruf. Sementara Al Khairaat dari 0,1 persen
responden sebanyak 100 persen memilih Prabowo-Sandi. sumber : FPI
Dukung Prabowo, Sisanya Condong ke Jokowi.
Ada hal yang menarik dari hasil survei
Konsepindo ini, yang mana basis dukungan bagi paslon nomor 02 terkonsentrasi di
Ormas yang sangat dekat secara emosional dengan pucuk pimpinan mereka. Ambil contoh FPI yang militansinya paling kuat, karena figur
Rizieq Shihab yang sekarang sedang menghoibkan diri.
Ormas lainnya yang tidak kalah setia adalah Al Khairaat,
karena pendirinya adalah nenek moyang petinggi PKS yang gagal mendampingi Prabowo,
Salim Segaf Al Jufri. Bahkan hebatnya, jika mengacu kepada hasil survei,
dukungan dari Al Khairaat bersifat mutlak.
Agak anomali mencermati responden dari kalangan FPI, yang
mana tidak sepenuhnya taklid kepada sang Imam. Di sana ada sebagian yang memilih
golput. Apakah makna fenomena golput para anggota FPI ? Bisa jadi karena
keyakinan mereka tentang falsafah Pancasila yang dinilainya thogut.
Jika dugaan ini benar, bisa diartikan bahwa karisma dan
pengaruh Rizieq Shihab di kalangan mereka sendiri tidak sepenuhnya ditaati.
Sementara sang Imam senantiasa menyerukan pengikutnya memilih paslon dukungan
mereka, namun ada sebagian yang memilih netral.
Jika faktanya demikian, bukankah bisa kita nilai massa FPI
tidak se setia massa Al Khairaat ? Padahal jika dilihat secara kasat mata,
Ormas yang bermarkas di Petamburan itu sangat demonstratif menunjukkan
keberadaannya.
Mari kita selami kenyataan yang terkesan inkonsisten, di
hadapan junjungannya dengan lantang mengumandangkan takbir sebagai tanda itaat
kepada perintah, namun ketika dijadikan responden, mengaku tak bakal memilih
siapapun.
Dugaan liar publik tentu tak bisa pula dicegah, bahwa massa
FPI diantaranya terdiri dari kaum berstandar ganda. Jika dianalogikan dengan
hewan, ada jenis bunglon yang jika hinggap di daun, maka warnanya menjadi
hijau, namun ketika jatuh di tanah, warnanya pun menjadi sewarna dengan tanah.
Definisi dari sikap seperti itu sesungguhnya sering kita
dapatkan di dalam pembicaraan tentang tema kerohanian, namun saya tak sampai
hati menulisnya secara vulgar. Biar pembaca saja yang mengartikannya dalam hati
masing-masing.
Sumber : Seword.com
Posting Komentar untuk "Kemanakah Arah ORMAS Islam Di Indonesia"