Sosok Bu Lis Penderita Kanker Yang Diceritakan Sandi Dalam Debat
Nama 'Bu Lis' sempat disebut Sandiaga Uno dalam debat
Cawapres tadi malam. Ternyata yang dimaksud ialah Niswatin Naimah (44), warga
Sragen yang pernah bertemu Sandi di Pasar Bunder, Sragen, 30 Desember 2018.
Berdasarkan video yang tersebar, Bu Nis memang pernah menyampaikan aspirasinya kepada Sandi. Saat itu Niswatin memang tidak terlalu jelas menyebutkan namanya, sehingga Sandi mendengarnya sebagai Bu Lis.
"Yang dimaksud Pak Sandi itu saya," kata Niswatin di kawasan Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Senin (18/3/2019).
Berdasarkan video yang tersebar, Bu Nis memang pernah menyampaikan aspirasinya kepada Sandi. Saat itu Niswatin memang tidak terlalu jelas menyebutkan namanya, sehingga Sandi mendengarnya sebagai Bu Lis.
"Yang dimaksud Pak Sandi itu saya," kata Niswatin di kawasan Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Senin (18/3/2019).
Dalam pertemuannya dengan Sandi, ia mengaku sebagai
penderita kanker payudara yang pengobatannya tidak tercover BPJS Kesehatan.
Padahal sebelumnya, jenis pengobatan tersebut dicover BPJS.
Niswatin yang kemarin menonton debat cawapres, mengaku kaget karena Sandiaga bercerita tentang dirinya. Dia tidak menyangka Sandi masih mengingatnya.
"Iya kemarin nonton debatnya. Ya kaget saja, ternyata Pak Sandi masih ingat sama saya," ujar guru honorer SMK Muhammadiyah 1 Sragen itu.
Kekeliruan penyebutan nama itu, menurutnya wajar. Sebab saat di Pasar Bunder, Sragen, kondisinya ramai dan dia pun menggebu-gebu menyampaikan aspirasinya.
"Saya saat itu memang datang karena tahu Pak Sandi ke situ. Tapi saya menyampaikan itu spontan saja, sampai menggebu-gebu, karena memang saya rasakan betul," ujar warga Babadan RT 08 RW 02, Desa Bentak, Sidoharjo, Sragen itu.
Niswatin yang kemarin menonton debat cawapres, mengaku kaget karena Sandiaga bercerita tentang dirinya. Dia tidak menyangka Sandi masih mengingatnya.
"Iya kemarin nonton debatnya. Ya kaget saja, ternyata Pak Sandi masih ingat sama saya," ujar guru honorer SMK Muhammadiyah 1 Sragen itu.
Kekeliruan penyebutan nama itu, menurutnya wajar. Sebab saat di Pasar Bunder, Sragen, kondisinya ramai dan dia pun menggebu-gebu menyampaikan aspirasinya.
"Saya saat itu memang datang karena tahu Pak Sandi ke situ. Tapi saya menyampaikan itu spontan saja, sampai menggebu-gebu, karena memang saya rasakan betul," ujar warga Babadan RT 08 RW 02, Desa Bentak, Sidoharjo, Sragen itu.
Sebelumnya, Cawapres Sandiaga Uno kembali mengungkap kisah
masyarakat di panggung debat. Kali ini yang diungkap adalah kisah Bu Lis dari
Sragen.
Kepada wartawan, perempuan asal Sragen itu memastikan bahwa
yang disampaikan Sandiaga benar adanya. Dia pun menunjukkan bukti-bukti terkait
sakit yang dia derita.
"Saat ini dokter mendiagnosa saya terkena kanker payudara stadium dua," kata Niswatin di kawasan Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Senin (18/3/2019).
"Saat ini dokter mendiagnosa saya terkena kanker payudara stadium dua," kata Niswatin di kawasan Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Senin (18/3/2019).
Niswatin merupakan peserta BPJS kelas dua yang dibiayai
secara mandiri. Dia mengatakan tidak bisa memperoleh pengobatan berupa suntikan
herceptin.
Menurutnya, setelah menyelesaikan rangkaian pengobatan
kemoterapi selama tujuh kali, seharusnya ia mendapatkan suntikan herceptin.
Namun karena terkendala aturan, kata dia, jenis pengobatan ini tidak dia
peroleh.
"Setelah pengobatan yang dikover BPJS, yang kemo dan sebagainya selesai, itu harus ada suntikan herceptin. Tapi terhalang aturan baru. Menurut informasi, dulu terkover tapi sekarang saya tidak mendapatkannya," ungkap dia.
"Setelah pengobatan yang dikover BPJS, yang kemo dan sebagainya selesai, itu harus ada suntikan herceptin. Tapi terhalang aturan baru. Menurut informasi, dulu terkover tapi sekarang saya tidak mendapatkannya," ungkap dia.
Terakhir kali dia melakukan kemoterapi pada Oktober 2018.
Hingga saat ini dia hanya mengonsumsi obat-obatan herbal.
"Selama ini herbal saja. Saya yakin kesembuhan itu dari Allah. Barangkali
dari medis tidak saya dapatkan, harus ikhtiar yang lain," kata perempuan
berusia 44 tahun itu.
Niswatin yang merupakan guru honorer SMK Muhammadiyah 1 Sragen mengaku tidak mampu membiayai suntikan tersebut karena harganya sekitar Rp 15 juta sekali suntik. Padahal paling tidak, dia harus mendapatkan delapan kali suntikan.
Niswatin yang merupakan guru honorer SMK Muhammadiyah 1 Sragen mengaku tidak mampu membiayai suntikan tersebut karena harganya sekitar Rp 15 juta sekali suntik. Padahal paling tidak, dia harus mendapatkan delapan kali suntikan.
"Minimal delapan suntikan, walaupun kemarin dokter
bilang yang efektif itu 16 kali suntikan. Itu pengobatan yang efektif buat
penyakit saya," katanya.
Saat bertemu Sandiaga Uno di Pasar Bunder, Sragen, 30 Desember 2018 lalu, Niawatin mengaku spontan menyampaikam aspirasinya. Dia mengaku juga memperjuangkan nasib penderita kanker payudara lainnya.
"Saya yakin ada kasus-kasus yang seperti saya. Harapannya BPJS diperbaiki lebih baik lagi karena kemarin dikover, kenapa sekarang tidak," tutupnya.
Saat bertemu Sandiaga Uno di Pasar Bunder, Sragen, 30 Desember 2018 lalu, Niawatin mengaku spontan menyampaikam aspirasinya. Dia mengaku juga memperjuangkan nasib penderita kanker payudara lainnya.
"Saya yakin ada kasus-kasus yang seperti saya. Harapannya BPJS diperbaiki lebih baik lagi karena kemarin dikover, kenapa sekarang tidak," tutupnya.
Posting Komentar untuk "Sosok Bu Lis Penderita Kanker Yang Diceritakan Sandi Dalam Debat"