Mengorek Arah Politik Iwan Fals
Lima kreteria pemimpin ala Iwan fals
Saya tidak heran jika banyak musisi yang mendukung Jokowi.
Sebagai seniman, mereka terbiasa menyukai keragaman dan kerendahhatian. Tidak
ada seniman yang fanatik pada satu kelompok identitas dan golongan tertentu
saja, mereka berkarya untuk menyampaikan isi hati, nurani terdalam, dan tentu
isinya adalah sesuatu yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan atau ketuhanan.
Manusia dan Tuhan, adalah simbol yang menunjukkan pada
keberagaman, cinta kasih, dan tidak membeda-bedakan. Manusia sendiri diciptakan
berbeda-beda, dan Tuhan pun tidak pernah membeda-bedakan makhluknya. Semua
sama, yang berbeda adalah sikap mereka sendiri, jika mereka baik maka akan
diberi pahala, jika berbuat jahat maka akan berdosa. Dalam Islam, Allah pun
memerintahkan kita untuk menghargai umat beragama lain.
Dengan perenungan semacam itu, para seniman pun menciptakan
karya-karya mereka. Dan di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur tersebut.
Pilihan diksi dan simbol yang digunakan pun tidak sembarangan. Semua dipikirkan
dengan baik, atas dasar nilai dan keindahan.
Ketika Iwan Fals belum menentukan pilihannya kepada Jokowi,
saya yakin bahwa hal itu hanya menunggu waktunya saja. Karena ada orang baik
yang memang tidak merasa perlu untuk membuka pandangan politiknya ke hadapan
publik, dan ada lagi yang sekadar tidak mau menimbulkan konflik.
Kali ini Iwan Fals pun menjatuhkan pilihannya. Meskipun ia
tidak mau bicara sebelum tanggal 15 April, kita tahu siapa yang akan ia pilih
melalui kriteria yang ia sampaikan ke media. Iwan Fals menyebut pemimpin pilihannya
itu adalah orang yang :
senang bekerja, anggun, berwibawa, sederhana dan pandai menata.
Tentu saja pilihan kata itu tidak asal saja, tetapi dipilih
sesuai dengan makna dan ketepatannya. Ia juga mengaku bahwa ia sudah lama jatuh
cinta dengan pilihannya tersebut.
Mari kita cermati pujian Iwan Fals kepada calon pemimpin
pilihannya tersebut:
Senang Bekerja
Kalau tidak senang, apalagi hanya karena terpaksa, maka
mustahil pemimpin itu akan bekerja dengan baik dan tulus. Pemimpin yang tidak
senang bekerja, selalu akan membicarakan uang. Belum-belum, mereka pasti sudah
membicarakan imbalan dan keuntungan yang bisa mereka dapatkan. Selain itu kalau
sudah senang, maka akan dilakukan setiap hari dan tidak ada alasan untuk malas
melakukannya. Yang terpenting, seorang akan bekerja sebaik mungkin kalau ia
senang melakukannya. Kalau tidak senang, maka pasti kerjanya akan ala kadarnya.
Anggun
Dalam artian bahwa ia tidak pernah berkata-kata bohong,
memfitnah, mengejek, apalagi menyakiti perasaan orang lain—khususnya rakyat.
Anggun berarti cantik dan indah, tentu lawannya adalah buruk. Pemimpin yang
anggun harus selalu dekat dengan hal-hal baik dan jauh dari hal-hal buruk. Ia
harus punya track record yang bersih dan membela apa-apa yang
baik, misalnya membela KPK dan tidak pernah mengintervensi hukum dan lain lain.
Berwibawa
Wibawa adalah soal aksi dan reaksi. Seseorang yang berwibawa
tahu apa yang perlu dilakukan dan yang tidak perlu. Ketika bicara, mereka
mengatakan hal-hal yang penting dan to the point, dan ketika
dihina, ia tidak perlu menanggapinya dengan marah-marah. Pemimpin yang
berwibawa tahu, bahwa semakin tinggi pohon, semakin deras angin yang
mengembusnya.
Sederhana
Kalau tidak sederhana, maka seorang pemimpin akan mudah
masuk ke dalam kesombongan. Merasa dirinya adalah yang paling hebat dan berhak
melakukan apa pun. Ibarat orang yang terbiasa memakai pakaian mewah, maka
lambat laun ia akan merasa dirinya “mewah”, “tinggi”, “kalangan atas”,
sementara orang lain—apalagi rakyat miskin—akan ia anggap rendah. Pemimpin yang
sederhana akan nyaman di dekat rakyat, karena sama-sama berjiwa sederhana.
Pandai Menata
Ini juga penting, yaitu tahu bagaimana bekerja secara
efektif dan efisien, tidak grasa-grusu tetapi juga tidak lambat dalam bekerja.
Mereka yang pandai menata, juga mahir dalam merangkul seriap kelompok
masyarakat. Bersama pemimpin yang pandai menata, negara akan asri seperti taman
yang berisi beraneka ragam bunga dan tanaman indah. Tidak ada hama dan ilalang
yang merusak pemandangan.
Jadi, siapakah kira-kira pilihan dari Iwan Fals tersebut?
Mudah sekali menebaknya bukan? Di mesia sosialnya, Iwan bahkan mem-posting
acara yang diselenggarakan oleh kedua paslon dan memberikan pendapatnya untuk
masing-masing.
Kepada acara karnaval kebangsaan 01, ia menyebutnya seperti
bunga-bunga yang indah: “Wuih, indah ya, warna-warni kayak bunga di taman,
beragam, piss.” Di akhir, ia juga menambahkan emoticon dua
jari yang berarti “damai”.
Kepada acara kampanye akbar 02 di GBK, ia menyebutnya
seperti salju: “Wuiih, luar biasa ya, kayak salju.” Di akhir, ia tambahi dengan
emoticon “jempol”.
Ke manakah nantinya Iwan menentukan pilihan? Kalau saya sih,
mending ke taman bunga daripada terjebak dalam badai salju!
Posting Komentar untuk "Mengorek Arah Politik Iwan Fals"