Mengungkap Tabir Kejanggalan,Ketua Panwaslu Kuala Lumpur Gagap Keceplosan
Heboh penemuan surat suara tercoblos capres nomor urut 01 Jokowi-Maruf ditambah caleg yang dari penyokong partai koalisi.
Sudah dapat ditebak,
penemunya tak beda dari kader
partai oposisi yakni seorang
kader Partai Demokrat mempunyai nama Brem.
Dari video dan
pernyataan Brem N Nulangi, relawan pemantau Pemilu ini kemudian diunggah oleh mantan Kasum
TNI Letjen (Purn) JS Prabowo dalam akun Twitter miliknya @marierteman. Seperti telah dinanti-nanti, berita tersebut akhirnya viral di kubu
oposisi. Ini sestau yang telah mereka
nanti-nantikan.
"Terima kasih kader @PDemokrat semoga bisa ditindaklanjuti oleh @KPU_ID dan
@kbrikualalumpur. Dan semoga ini bukan 'puncak gunung es' dari kecurangan
Pilpres dan Pemilu 2019" kata JS Prabowo dalam cuitan di akun Twitternya,
Kamis (11/4/2019).
Tak melulu surat
suara capres Jokowi saja yang tercoblos, surat suara untuk caleg Nasdem mempunyai
nama Ahmad Hari pun sudah tercoblos bareng Davin Kirana, sama-sama dari
Nasdem.
"Kami menemukan sendiri, presidennya sudah dicoblos 01,
calegnya Nasdem nomor 5 namanya Ahmad," ujar salah seorang pria dalam
video sembari menunjuk surat suara yang telah tercoblos.
Dalam video itu, Brem
tampak mengenakan batik dan topi berwarna krem sembari mengenalkan dirinya sebagai salah seorang
kader Partai Demokrat."Nama saya Brem ya biar lebih viral lagi. Saya dari
Partai Demokrat" kata Brem.
Brem mengklaim dirinya mengharapkan adanya
evolusi atau perubahan di Indonesia. Perubahan yang sudha dapat ditebak pula.Dia menginginkan supaya capres nomor urut 02
Prabowo-Sandi dapat memenangkan
Pilpres 2019.
"Kita inginkan ada perubahan di Indonesia. Kita inginkan Prabowo-Sandi memimpin
Indonesia dan anda mau seluruh tipu muslihat ini dihentikan"
ungkap Brem.
Dalam video terlihat
mobil polisi meninggalkan tempat
penemuan surat suara tercoblos di Bandar Baru Bangi, Malaysia.
Lebih lanjut si Brem mengatakan ia akan mengancam akan
mengerahkan massa guna menggeruduk kantor KBRI jika Komisi Pemilihan Umum RI
dan Kedutaan Besar RI Malaysia jika tidak menindaklanjuti penemuan ini,
"Kalau ini tidak diviralkan dan tidak dihentikan kami bakal duduki KBRI. Percaya cakap saya
3 atau 4 ribu siap duduki KBRI" ujar Brem.
Nah, ini ada apa
Demokrat kok sangat energik sekali menciptakan kehebohan soal surat
suara tercoblos. Mulai dari si Andi Arief yang kondang dengan kontainer surat
suara tercoblos kemudian kawannya
si Eko Widodo yang juga simpatisan
Demokrat.
Mari kita kaji dengan logika akal sehat serta pikiran waras
Kita awali dari survei elektabilitas yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga survei kredibel seperti LSI Denny JA, SMRC,
Litbang Kompas, hingga Alvara. Menurut hasil survei dari lembaga-lembaga survei
tersebut, Jokowi-Amin selalu unggul dari lawannya. Bahkan dengan selisih
elektabilitas hingga 20 persen. Dengan keunggulan yang sangat jauh seperti itu,
mencoblos surat suara atas nama sendiri adalah tindakan bunuh diri dan menggali
kuburan sendiri. Pikir dengan logika. Mungkinkah orang yang sedang dalam posisi unggul dan bisa menang dengan cara yang
adil berbuat curang untuk keuntungan dirinya sendiri?
Kejanggalan berikutnya adalah santainya ibu-ibu yang
mencoblos surat suara tersebut. Dari video yang viral di media sosial, kita
semua tahu bahwa yang menggerebek tempat yang dijadikan sarana untuk berbuat
kecurangan itu adalah pendukung Prabowo-Sandi. Tapi mengapa ibu-ibu yang sedang
mencoblos Jokowi-Amin itu sama sekali tidak panik dan tetap santai mencoblos
meskipun sedang direkam dan “kecurangannya” sudah diketahui oleh pendukung
lawan?
Mari kita kembali berpikir dengan logika. Masih ingat dengan
Yuli, pendukung Jokowi yang dikeroyok di Purwerejo hanya karena dia memakai
kaos bergambar Jokowi-Amin dan berpapasan dengan pendukung Prabowo-Sandi yang
sedang melakukan konvoi? Jika hanya berpapasan saja Yuli mendapatkan “hadiah”
bogem mentah dari mereka, mengapa para pencoblos yang melakukan kecurangan di
depan mata pendukung Prabowo-Sandi ini didiamkan, tidak dibentak, tidak dipaksa
menghentikan mencoblos surat suara, dan bahkan tetap melakukan dengan santai
tanpa adanya bentakan atau bahkan ntimidasi dari pendukung Prabowo-Sandi yang
menggerebek mereka?
Penggerebekan itu seharusnya membuat si pencoblos surat
suara panik karena aktivitasnya diketahui oleh orang lain, bahkan oleh
lawannya. Namun kepanikan itu tidak terlihat, mereka santai seperti tidak ada
yang mengetahui aksi mereka. Bahkan mereka santai tetap mencoblos Jokowi-Amin
ketika si penggerebek yang merupakan pendukung Prabowo-Sandi ini sudah
mengetahui lokasi mereka dan merekamnya dengan tujuan untuk memviralkan kabar
tersebut.
Kembali kita gunakan logika untuk menganalisis. Masih
santaikah seseorang mencoblos Jokowi-Amin ketika tindakannya diketahui oleh
pendukung Prabowo-Sandi? Sebagai manusia biasa yang punya rasa takut tentunya
ada ketakutan tersendiri ketika kecurangan yang kita lakukan diketahui oleh
lawan. Tapi si pencoblos ini tetap tenang dan santai seperti tidak ada orang
yang menggerebek dan merekam aksi jahatnya. Mengapa bisa demikian? Rumput yang bergoyang
pun bingung mencari tahu jawabannya.
Kejanggalan berikutnya adalah mereka yang mencoblos surat
suara yang dibiarkan kabur. Mereka yang mencoblos Jokowi-Amin itu tidak
dibentak, tidak diinterogasi, serta dibiarkan dengan leluasa mencoblos Jokowi-Amin.
Keadaan menjadi semakin aneh karena mereka yang mencoblos Jokowi-Amin pada
surat suara ini dibiarkan kabur. Aneh tidak? Sangat aneh sekali menurut saya.
Seharusnya orang yang mencoblos ini diamankan. Dia bisa
menjadi saksi kunci yang menjelaskan kejadian ini secara detail dan juga
membongkar siapa yang menyuruhnya melakukan itu semua. Tapi ternyata mereka
dibiarkan kabur begitu saja. Mengapa tidak diamankan dan diserahkan kepada
pihak berwajib? Selain itu, mengapa mereka yang menggerebek juga tidak membentak,
menginterogasi, atau bahkan menahan si pencoblos? Mengapa mereka-mereka ini
dibiarkan kabur sementara keberadaan mereka sangat vital untuk menggali
informasi yang sangat mungkin mereka ketahui? Para pendukung Prabowo-Sandi
menemukan kecurangan yang berpotensi merugikan mereka. Namun si pembuat
kecurangan itu dibiarkan kabur oleh mereka. Tidak masuk akal bukan?
Ketua Panwaslu Kuala Lumpur Gagap Keceplosan
Mengomentari soal video emak-emak yang terciduk mencoblos
surat suara, dia mengatakan demikian:
”Dan itu di lantai dua eh rumah ruko dna itu di dalam ada
beberapa keluarga yang tinggal. Saat mereka datang itu sedang dilakukan proses
pencoblosan secara ilegal dilakukan oleh orang Indonesia. Presenter TV One
menanyakan,”Yang mencoblos ini WNI Bu?, dijawabnya, "Ya, WNI”.
Dua presenter TV One memulai dengan pertanyaan yakni,
“Mereka diperintahkan oleh siapa untuk mencoblos surta suara ilegal? Permintaan
dari siapa? Apakah menyebut nama seseorang?” si Yazza menjawab,”Tidak”. Tapi
sebelumnya sudah mendapat bisikan. “Jadi ketika saya datang, masyarakat yang
mencoblos itu sudah lari. Tapi saya juga sudah mendapat real time yang pertama
kali ke lokasi kedua ini tapi ketika saya datang, sudah tidak ada”.
Presenter TV One bertanya kembali, “Di video yang satu
lagi ada dua wanita mengenakan hijab dan sedang mencoblos, itu kan direkam.
Ketika datang ke sana ada orang merekam, mereka kok masih tetap mencoblos.
Apakah mereka tidak mengetahui apakah itu legal atau bagaimana ?”
Nah, diberondong dengan pertanyaan seperti ini yang memang
sudah biasa dilontarkan para presenter profesional, si Yazza akhirnya tanpa
sadar membuka kedok alias kebohongan yang sudah tersusun rapi.
Lalu dijawab Ketua Panwaslu “Saya rasa sudah mengetahui
ya cuman kita tahulah masyarakat kita di Malaysia ini. Mungkin,
karna..karna...tentu.. menurut pengakuan mereka (mulai gagap dan tak berani
menatap kamera). Mereka itu dibayar 50 sen. Jadi...”
Lantas dicecar sama presenter,”Yang membayar itu
permintaan siapa, Bu? Maksudnya yang memberikan uang itu siapa?”. Dia mulai
panik dan benging....Yazza tertahan lalu mulai gelagapan...(sempat berhenti
beberapa detik)
Dia menjawab ,”Yang membayarrrr, pause...”. Yang membayar
itu yang nyu nyuruh nyoblos itu. Nah, tapi siapa orangnya tersebut, eh tidak
tidak diberitahu oleh oleh yang aaaada di lokasi tersebut. dineritahu
oleh ya, per surat suara, mereka tetap mau lakukan itu”.*
Mantul, kian gelagapan dan gemetar serta keceplosan.
Kok dapat tahu berapa harga bayaran per-satu surat suara. Nah,
ketahuan kan? Padahal pelakunya saja kabur? Hebat sekali si Yazza ini yang
dapat mendapatkan info soal berapa upah yang diberikan. Apa terdapat kuitansi
pembayaran ahng terbelakang kah?
Makin lucu saja settingan drama yang sebetulnya keji
dan biadab ini sebab fitnahnya benar-benar tak pernah terdapat habisnya.
Topik atau tema kecurangan dalam Pilprfes dan dengan framing yang jelas
ditujukan ke Pak Jokowi tersebut selalu diproduksi mereka baik di dalam
maupun di luar negeri.
Kembali ke pengakuan keceplosan si Yazza. Jangan-jangan
si Yazza ini terdapat main dan telah tahu narasi dari awal. Jadi
bagiannya ialah meng-clear-kan ke media apa yangsudah terjadi.
Pengaturan yang sempurna tapi bakal tetap terdapat
bolong dan bohongnya akan bocor.
Lebih parahnya lagi ialah si Yazza ini kok
herannya bisa tahu serupa berapa surat suara yang dicoblos, yakni
10.000 melulu dalam waktu tidak lebih dari 2 jam kejadian.
Padahal surat berserakan dan berkresek-kresek hitam dalam kantong besar. Tak
tampak sama sekali upaya penghitungan suara, langsung diputuskan begitu
saja.
Kejadian yang paling janggal juga ialah ketika
disorot oleh TV One dia tampak mendapat bantuna alias bisikan dari sosok
orang di samping yang menggunakan atribut sah BPN 02. Saat
sebelum menerima bisikan, Yazza sempat terbendung ucapannya, laksana terlihat
dia masih inginkan memikirkan jawaban yang pas, langsung mendapat
bantuan. Klop dah sandiwara 02 ini.
Yazza kemudian melanjutkan “kejadian menciptakan shock
penyokong 02, dan surat suara dicoblos 01”. Wah, keberpihakan telah jelas.
Ini dia bicara bukan dalam kapasitas Ketua Panwaslu namun sebagai
penyokong Prabowo.
SEMAKIN ANEH SAJA .........
Dikutip dari berbagai sumber
Posting Komentar untuk "Mengungkap Tabir Kejanggalan,Ketua Panwaslu Kuala Lumpur Gagap Keceplosan"