Habibie Sindir Prabowo
Pemberontak yang hanya Manfaatkan Tuhan demi Kepentingan Pribadi
Berbeda bobotnya
saat sekelas Habibie juga turut
buka suara mengenai kebobrokan
Prabowo beserta pendukungnya.
Seperti diketahui, Profesor Habibie jelas seorang negarawan
yang tidak haus kekuasaan.
Bahkan beliau yang
malah menetapkan cikal-bakal masa jabatan presiden diberi batas hanya sekitar 2 periode.
Beliau paham, bahwa
dominasi yang terlampau lama
berpotensi memunculkan ‘lingkar
kekuasaan’ di sekeliling seorang prsiden yang amat buruk untuk demokrasi serta rentan dengan penyalahgunaan dominasi oleh kerabat yang berkuasa.
Maka sindiran Presiden ke-3 RI itu terasa amat telak mempreteli keburukan yang dipunyai oleh
Prabowo beserta pendukungnya, semenjak dalam
niat dan pikiran.
Sindiran tersebut
pun benar-benar menunjukkan,
alangkah memang amat tak berbobotnya cara-cara yang dilaksanakan Prabowo beserta kubunya
tersebut, yang dinilai memang sengaja berniat guna mengacaukan iklim demokrasi di negeri ini.
Dilansir dari REPUBLIKA, Presiden ke-3 Republik Indonesia
Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie meminta seluruh pihak menantikan keputusan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk
memahami pemenang pilpres 2019.
Pada acara buka
bareng Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jakarta, beliau mengisahkan bahwa pihak luar sering bertanya pada dirinya mengenai pemenang Pilpres 2019.
"Saya kemarin terima utusan besar dari United Arab Emirates, pertanyaan pertama, Pak, siapa yang menang, nomor
1 atau nomor 2," kata Habibie.
Beliau menyesalkan banyaknya pihak yang kebingungan dampak adanya saling klaim bahwa
pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tertentu sudah memenangi Pilpres 2019.
Habibie mengkhawatirkan bahwa pihak yang kalah nantinya akan mengerjakan perlawanan dengan teknik yang tidak cocok dengan ketentuan hukum berlaku.
"Itu yang kalah, tidak terima, dia berontak,"
katanya.
Beliau meminta pula
supaya semua pihak mengikuti mekanisme
yang berlaku andai merasa
dirugikan dalam pelaksanaan Pemilu
2019.
Menristek era kepemimpinan Soeharto ini menambahkan bahwa
mekanisme solusi sengketa pemilu itu sudah diputuskan dalam undang-undang.
Bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan aturan itu dapat mengemukakan usulan perubahan
undang-undang cocok dengan prosedur yang berlaku.
"Kita punya mekanismenya, bila Anda mau mengolah mekanismenya silakan ubah, namun ada peraturannya cara
mengubah," ujar beliau.
Tak hanya itu,
bahkan beliau pun meminta supaya semua pihak tidak dengan mudah
membawa nama Tuhan demi
kepentingan kelompoknya.
"Tidak ada segelintir memperjuangkan memanfaatkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT untuk memperjuangkan kepentingan dirinya atau grupnya," kata beliau.
Beliau bercita-cita setelah
KPU memberitahukan hasil Pemilu
2019 pada 22 Mei nanti, masyarakat bisa
kembali bekerja untuk peradaban bangsa
dengan menyerahkan karya-karya
nyata.
Seperti diketahui bersama, usai pengambilan suara pada 17 April 2019, hasil hitung cepat atau
quick count seluruh lembaga
survei memenangkan Jokowi-Ma'ruf.
Tapi anehnya, Prabowo malah bersikap lain.
Baik Prabowo maupun
semua pendukungnya tidak
meyakini hasil quick count, dan menyinggung
mereka sudah merekayasa
hasil demi membuat opini bahwa
kubu petahanalah yang memenangkan kontestasi.
Yang lebih konyol lagi, Prabowo malah kemudian tampil ke publik dan dengan percaya diri mengaku telah memenangkan pilpres
dengan pendapatan suara sebesar
62 persen menyeluruh dengan
sujud syukur atas kemenangan tersebut
walau sumber data prosentase kemenangannya tersebut disinggung berasal dari ‘bisikan
setan gundul’ yang amat tahayul pertanggungjawaban kebenarannya.
Pada akhirnya memang
terbukti bahwa menurut hasil
real count dari KPU, melewati sistem
penghitungan yang diperlihatkan di situs resmi lembaga tersebut,mengindikasikan situasi yang serupa dengan quick count lembaga
survei. Jokowi-Ma'ruf tetap dalam posisi unggul dari Prabowo-Sandi.
Dan bukannya insyaf, Prabowo beserta kubu pendukungnya malah malah semakin menjadi-jadi.
Sejumlah sangkaan kecurangan lantas sengaja ditimbulkan serta dihembus-hembus secara amat masif serta
provokatif, seraya tak lupa pasti saja terus berjuang menempelkan aura-aura yang mempunyai sifat keagamaan.
Padahal, seperti mengutip perkataan Habibie, semuanya simpel saja:
Jika memang merasa dirugikan dalam pelaksanaan Pemilu 2019, sila ikuti mekanisme yang berlaku, sebab mekanisme solusi sengketa pemilu itu memang sudah diputuskan dalam undang-undang.
Apa fungsinya
barisan pakar yang diagung-agungkan dipunyai oleh Prabowo?
Apakah mereka semua tidak
paham tentang hal itu?
Apakah semua pakar
yang katanya dianggap hebat
dengan amat jumawa oleh Prabowo itu tidak
paham, bahwa meskipun contohnya merasa
tidak puas dengan aturan tersebut, tetap dapat mengemukakan usulan perubahan
undang-undang, tetapi tetap
wajib cocok dengan mekanisme atau prosedur yang berlaku?
Jika memang jawabannya ialah tidak paham, sebaiknya
dibubarkan saja, sebab memang
amat tak becus serta begitu memalukan.
Jika memang jawabannya paham, semakin jelas sudah keburukan Prabowo beserta kubu
pendukungnya, yang memang berniat guna sengaja
melanggar aturan secara amat ugal-ugalan, tanpa peduli segala macam aturan
serta sistem bernegara yang berlaku di negeri ini.
Posting Komentar untuk "Habibie Sindir Prabowo"